Thanks udah mau mampir....Tolong Isi Buku tamunya yah

Qur'an Camp

Program Qur'an Camp 31 Agustus- 1 September 2012 di Pesantren El Tahfidz Nurul Fikri Cileungsi Bogor, Jawa Barat

MOTIVATION TRAINING KELAS 9

MT kelas 9 yang di laksanakan di bumi perkemahan,Cikole Bandung,bekerjasama dengan Daarut Tauhid pimpinan K.H Abdullah Gymnastiar

ALUMNI NFJHS 14

Quatorzephyr

UTS 1 TA 2012 2013

Ayo siapkan diri untuk menghadapi UTS 1

Study Tour dan Study Banding ke Malaysia

Kamis-Ahad, 1-4 Nopember 2012

Thursday, May 2, 2013

KISAH KEJUJURAN PEJUANG KEMERDEKAAN INDONESIA

OGAH MAKAN PISANG CURIAN, LETNAN GOJALI JADI PENJAGA HARTA KARUN

Tahun 1946, Kepala Staf Resimen Divisi II TNI Mayor Alex Evert Kawilarang menumpas gerombolan perampok di Cibarusah Bogor. Setelah baku tembak mereka mengalahkan para perampok yang meresahkan warga.

Kawilarang memeriksa markas perampok. Selain harta, mereka menemukan banyak wanita cantik yang ditawan para perampok itu.

Setelah berjaga semalaman, Kawilarang mencari sarapan. Dia melihat ada anak buahnya yang makan pisang di markas itu, Kawilarang lalu ikut makan.

Tapi yang membuatnya heran, seorang anak buahnya yang bernama Letnan Muda Gojali, tak ikut makan. Kawilarang pun bertanya apa Gojali tidak lapar?

"Neen Mayoor, die pisang is gekocht met gerampokt geld. Ik eet dat niet (Tidak mayor, pisang itu dibeli dari uang hasil rampokan, saya tidak mau makan," jawab Gojali tegas seperti ditulis dalam buku AE Kawilarang Untuk Sang Merah Putih yang ditulis Ramadhan KH.

Kawilarang kagum mendengar jawaban Gojali. Kepercayaan pada anak buahnya itu makin besar.

Beberapa waktu kemudian, anak buah Kawilarang melakukan penggalian di bekas markas Jepang di sekitar Cigombong. Mereka mencari senjata Jepang yang biasanya disembunyikan dengan cara dikubur dalam tanah.

Tapi bukannya senjata, para prajurit TNI itu malah menemukan sebuah guci besar. Lebih mengejutkan, isi guci itu ternyata penuh emas dan permata dan berkilauan.

Walau bisa kaya tujuh turunan, para tentara jujur itu tak mau mengambilnya. Mereka lalu lapor dan menyerahkan harta itu pada Kawilarang, komandan mereka. Kawilarang juga jujur, dia tak mau makan emas permata peninggalan Jepang. Dia berniat menyerahkan harta temuan pasukannya pada pemerintah Indonesia yang saat itu masih morat-marit.

Kawilarang tahu harus mengutus siapa. Dia memanggil Letnan Muda Gojali yang menolak makan pisang hasil curian waktu itu. Kawilarang mengutus Gojali menyerahkan harta karun itu ke Kementerian Dalam Negeri di Purwokerto.

Gojali melaksanakan tugasnya dengan baik. Dia menyerahkan harta karun pada Sumarman yang kala itu menjabat Sekretaris Mendagri.

Berapa nilai harta karun tersebut, sebuah majalah pernah mencoba menghitung berdasar bukti-bukti otentik yang ditemukan. Isinya tak kurang dari tujuh kilogram emas dan empat kilogram permata. Nilainya kala itu saja diperkirakan Rp 6 miliar. Bandingkan besarnya jumlah itu dengan gaji seorang tentara yang kala itu berkisar Rp 50.

Tak jelas bagaimana Kementerian Dalam Negeri kemudian menggunakan harta tersebut. Tapi yang pasti Mayor Kawilarang, Letnan Muda Gojali serta Tentara Resimen II Bogor sudah menunjukkan pengabdian dan kejujuran yang luar biasa.

Sumber : merdeka.com

Bung Karno & Makam Imam Bukhari Di Moskow

“SAYA mau datang ke Moskow dengan satu syarat mutlak yang harus dipenuhi. Tidak boleh tidak,” tegas Bung Karno suatu kali kepada Uni Sovyet.

Nikita Sergeyevich Khrushchev—Pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet 1961) balik bertanya, “Apa syarat yang Anda ajukan?”

Bung Karno menjawab, “Temukan makam Imam Al Bukhari. Saya sangat ingin menziarahinya.”

Khrushchev kembali menghubungi Bung Karno, “Maaf Paduka Presiden, kami tidak berhasil menemukan makam orang yang Paduka cari. Apa Anda berkenan mengganti syarat Anda?”

Bung Karno tersenyum sinis. “Kalau tidak ditemukan, ya sudah, saya lebih baik tidak usah datang ke negara Anda.”

Ia bahkan sempat menawarkan agar makam dipindahkan ke Indonesia apabila Uni Soviet tidak mampu merawat dan menjaga makam tersebut. Emas seberat makam Imam Bukhari akan diberikan sebagai gantinya.

Setelah makam ditemukan Khrushchev mengabari Bung Karno.

Sambil tersenyum Bung Karno mengatakan, “Baik, saya datang ke negara Anda.”

Imam Al Bukhari dimakamkan di Samarkand tahun 870 M. []